Sekilas Sejarah Masjid Baitussyajaroh, ditulis sesuai tulisan asli Bapak Gitono

Pengantar sekilas cerita asal usul masjid Baitussyajaroh versi Bapak Gitono sekitar awal tahun 1982 saat itu sebagai ketua RT 06 RW 02 Kelurahan Pagesangan. 


Kepada Bapak Ibu warga Pagesangan yang kebetulan membaca tulisan saya ini mohon bantuan untuk mengoreksi bila ada salah saya dan mohon memberikan masukan agar sekilas cerita bisa lebih lengkap dan bisa diketahui oleh generasi penerus di wilayah Pagesangan khususnya warga RT 05 RW 02 dan sekitarnya lebih komplit dan benar. 


Pada saat itu seperti tertulis di atas pada kesempatan yang baik saya berbincang-bincang kepada Pak Musdi bahwa warga RT 06 (saat itu) perlu memiliki pos jaga untuk melaksanakan siskamling. Singkat cerita Pak Musdi ikhlas mewakafkan tanahnya untuk pos jaga + 2 x 3 m yang letaknya persis di tempat wudhu utara kamar kecil masjid saat ini. 

Kemudian dengan rembuk warga berdirilah pos jaga RT 06 (saat itu) dengan swadaya warga. 

Pada suatu saat saya bersama Pak Musdi duduk-duduk santai di pos jaga sekitar waktu bakda maghrib, membicarakan bermacam-macam masalah di RT 06 (saat itu). Kebetulan Pak Musdi saya ajak jalan-jalan ke wilayah RT mau. Adapun rute perjalanan ke arah timur notok jalan Pagesangan Timur (sekarang) belok ke utara sampai di rumah Pak Edy (PDAM) belok kiri sampai di rumah Pak Sutomo (gang II E) yang kebetulan masih ada anak-anak pada belajar mengaji yang kebetulan juga hujan gerimis yang kemudian alas duduknya/tikar ditutupkan badan mereka agar tidak basah karena gerimisan. Yang hal itu juga dilihat oleh pak Musdi, perjalanan dilanjutkan sampailah di pos kamling lagi. 

Kemudian apa yang kami (Saya dan Pak Musdi) lihat saya bicarakan lagi kepada Pak Musdi bahwa anak-anak yang mengaji itu adalah penerus kita yang nantinya mungkin mendoakan kita setelah kita tua atau bahkan sudah meninggal. 

Alhamdulillah Allah kiranya membuka hati Pak Musdi yang langsung mengatakan  “yowes (nggih pun) iku nggon kandang kebo tak wakafne dengan ukuran 10 * 10 m” (asli surat penyerahan hak tanahnya hilang). 

Setelah Pak Musdi mewakafkan maka saya selaku ketua RT mengumpulkan beberapa warga muslim warga RT (Pak Mahfudz Tamam, Pak H Ropi'i, Pak Sutomo, Pak Leny, Pak Supriyadi, Pak Solihin (Modin) dan lain-lain untuk menerima penyerahan hak atas tanah dari Pak Musdi sekaligus membentuk panitianya untuk membangun mushola.

Untuk wakaf pertama Pak Musdi ingat saya dengan ukuran 8 x 10 m akan tetapi suratnya hilang. Kemudian dengan berjalannya waktu ada wakaf tambahan menjadi ukuran 10 x 13 m

Kemudian ada renovasi mushola dari semula luas + 96 m2 menjadi luas 131 m2 termasuk perluasan terasnya ditambah. 

Kemudian ada renovasi berikutnya membangun lantai dua yang didanai oleh Pak H. Lamiran.

Dengan berkembangnya dan perjalanan waktu Pak Asmo Prayitno berkenan mewakafkan tanahnya (halaman masjid) sehingga sekaligus diurus sampai menjadi tanah wakaf resmi bersertifikat dan terdaftar di Depag yang diurus oleh Bu Cik yang mana Bapak Asmo Priyanto sebagai wakif sedangkan Bapak H. Mahfud M.Si sebagai Nadzir. Sertifikat wakaf asli disimpan oleh Bapak H. Sutrisno. 

Kemudian sambil menunggu proses buat sertifikat masjid pada tanggal 14 Juni 2020 / 22 Syawal 1441 diresmikan menjadi Masjid Baitussyajaroh oleh K.H. Abdul Somad Bukhari.

Adapun sejak menjadi musholla sudah mengalami pergantian takmir beberapa kali 

  1. Ustadz Sutomo, periode tahun 1983 s.d 15 Agustus 2010 (wafat 10 Juni 2010)

  2. Ustadz Jazuli, periode ..... (wafat 31 Januari 2015)

  3. Ustadz Moch. Toha, periode ..... (wafat 01 Januari 2021)

  4. Ustadz Moch Samsul Hadi, periode s.d 31 Januari 2025

  5. Ustadz Ahmad Lubab Hidayat, periode 01 Februari 2025 s.d saat ini

 

Demikian sekilas cerita asal usul adanya masjid Baitussyajaroh yang saya ketahui, manakala ada hal-hal yang penting yang belum tertulis atau tidak saya ketahui kepada Bapak Ibu narasumber yang mengetahui mohon kiranya sudi melengkapi agar menjadi catatan sejarah untuk generasi yang akan datang (penerus).


Post a Comment for "Sekilas Sejarah Masjid Baitussyajaroh, ditulis sesuai tulisan asli Bapak Gitono"